Perjuangan Dangkal
gak usah susah-susahSeharusnya aku membawa buku catatanku. Lebih enak menulis di situ daripada di smartphone ini. Ah aku memang bukan gen z yang apa-apa cocok dengan gadget, walau screen time akhir-akhir ini meningkat.
Di FYP TikTok-ku sedang ramai trend parodi abang-abangan mahasiswa kiri. Aku jadi inget masa kuliah dulu. Kok berasa keren ya dulu gitu-gituan teh? Kiri-kirian. Merasa kenal Tan Malaka padahal baca Madilog aja males. Ngutip Karl Marx padahal megang Kapital aja gak pernah. Sok-sokan berfilsafat padahal baca buku aja kuatnya baca komik doang. Anying lah emang.
Sekarang, umur udah kepala tiga, jadi lucu aja denger mahasiswa yang masih kayak gitu. Lucu aja. Jangan dihujat, biarin aja. Nanti juga mereka berubah dengan sendirinya.
Nanti pikiran mereka jadi lebih runut. Nanti mereka lebih bijak milih prioritas. Lebih bijak ngelahap bacaan. Lebih bijak milih orang untuk diajak kerja. Lebih bijak dalam hal permabukan. Lebih baik lagi deh pokoknya.
Itu kan mereka ngomong gitu karena masih kuliah aja. Tugas utama mereka cuma belajar doang. Nanti kan tugas dan tanggung jawab mereka lebih besar tuh kalau udah lulus. Nah pikiran mereka bakal berubah, menyesuaikan tugas dan tanggung jawabnya.
Misal, karena sekarang tanggung jawabku adalah untuk menafkahi keluarga, daripada ngelahap buku kiri, mending baca buku teknis tentang kerjaan - yang menurutku lebih aplikatif ke hidupku yang sekarang.
Tapi tetep masih ada kok temenku yang kiri-kirian. Bedanya, sekarang temenku itu jadi lebih keren aja, gak gembel kayak dulu.
Perjuangan tiap orang kan beda-beda ya. Ada yang berjuang untuk keluarga, sepertiku. Ada yang untuk negara, seperti Jokowi. Ada yang untuk agama, seperti Hanan Attaki. Ada juga yang untuk senang-senang, seperti kamu bangsaaaaaat.
Nah, jadi, yaudah nikmatin aja fenomena TikTok mahasiwa kiri tadi sebagai konten internet saja. Internet yang siapa aja bisa ngakses dan upload konten. Kalau seneng ya dinikmati, ga seneng ya tinggal di swipe.
Gitu.
---
Baca catatan lainnya